Selasa, 29 Maret 2016

video momen charity adik adik eRBe bersama kaka-kaka hebat Asuransi #aegon


Siapapun berhak untuk belajar, baik formal dan non formal karena pendidikan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia. Namun mendapatkan pendidikan yang layak tidak semudah membalikkan telapak tangan,

banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan layak karena kesulitan membeli buku, atau karena biaya pendidikan yang mahal, khususnya bagi anak-anak kurang mampu, seperti anak-anak jalanan. Dengan semangat kekeluargaan dan merasa adanya panggilan jiwa, maka ,kami berinisiatif untuk mendirikan/ membangun sebuah komunitas peduli pendidikan untuk anak-anak jalanan yang diberi nama Rumah Belajar eRBe.



mengawali berdiri nya Rumah Belajar eRBe ber tempat di sebuah bangunan rumah yang kami sewa/kontrak bentuk bangunan semi permanen yang tidak terlalu besar pada tahun 2009 di duren sawit. saat itu Anak-anak  pertama kali nya  mengikuti kegiatan di Rumah Belajar adalah anak-anak jalanan dari Durensawit, klender, dan buaran, saat itu kami berkenalan dengan mereka yang tengah melakukan kegiatan usai mengamen dengan teman-teman kelompok sebaya nya ,.,

Namun sayang, hanya beberapa bulan saja mereka belajar di sana, tidak lama kemudian mereka tergusur dari tempat sederhana yang berupa saung-saung di lapak bekas rumah yang dahulu nya mereka tempati  yang akhir nya rumah merekapun sudah berubah menjadi kali banjir kanal timur /BKT, tepatnya pada bulan September 2009

Dengan fasilitas seadanya namun semangat yang tinggi Ruma Belajar eRBe memacu anak-anak jalanan untuk belajar berbagi dan berkarya, seperti itulah konsep Rumah Belajar.dalam Kegiatan belajar mengajar berlangsung setiap hari Senin dan Kamis. Untuk materi belajar mereka disesuaikan dengan umur, mereka biasa belajar dari jam empat sore hingga jam enam, namun untuk hari Senin, mereka belajar dari jam satu siang bagi anak-anak yang masih kecil, dan sore bagi yang sudah besar.
Para pengajar nya pun ada sepuluh orang yang yang berasal dari mahasiswa dari latar belakang yang berbeda, ada mahasiswa STIS, Unj, Unpad, Unpas dan Unikom. Konsep yang diterapkan dalam Rumah Belajar eRBe yaitu belajar, berkarya dan berbagi. Di Rumah Belajar mereka ditekankan belajar agar yang tadinya mereka tidak bisa kemudian menjadi bisa. Setelah bisa mereka harus berkarya dan bisa berbagi kepada teman-temannya.


“Mereka tidak bisa belajar, mereka bisa berkarya, kemudian setelah berkarya mereka harus bisa berbagi,” tutur saya Namun karena alasan ekonomi ada sebagian anak yang tidak melanjutkan mengikuti kegiatan belajar di eRBe, yang pada akhirnya cenderung mereka lebih memilih kembali menjadi pengamen di jalan.

Belajar dari Keterbatasan 
Hanya menggunakan White Board (papan tulis) mereka belajar berhitung, menulis, menggambar dan membaca, tanpa alas duduk. Padahal tempat itu kotor dan berdebu, serta sekali-kali tercium bau tidak sedap, suara bising kendaraan dan dinding yang tercoret-coret. Tidak ada kursi ataupun meja, apalagi lemari penyimpan buku-buku. Buku-buku yang mereka gunakan pun seadanya. Tidak ada peta untuk belajar Geografi, untuk mengenal wilayah Indonesia mereka memfotokopi peta kecil tanpa warna.
Walaupun semuanya serba kekurangan, namun semangat belajar terpancar dari wajah anak-anak jalanan tersebut dengan semangat mereka menyalin peta Indonesia ke dalam buku tulisnya dan dengan senang hati mereka menunjukan peta yang mereka salin.
“Susah, gambarnya,” ujar kata , salah seorang murid di Rumah Belajar eRBe

Tingkah-tingkah nakal dari mereka pun dihadapi para pengajar Rumah Belajar dengan sabar. Contohnya, saat mereka harus belajar IPS ada sebagian anak yang tidak suka dan mereka lebih asik belajar menghitung dan menggambar, namun dengan sabar para pengajar di Rumah Belajar eRBe tersebut membujuk dan mengajari mereka.“Kadang-kadang suka down, namun setelah melihat wajah mengertinya anak-anak jadi semangat lagi,” ujar salah seorang ''Relawan pengajar'erbe


Mencari Dana Sendiri 
Sudah sembilan bulan Rumah Belajar eRBe berdiri, namun hingga saat ini belum mendapatkan bantuan dana dari lembaga mana pun, baik swasta maupun pemerintah. Rumah Belajar eRBe tidak bekerja sama dengan LSM manapun, keberadaan nya pun berdiri sendiri sehingga untuk kegiatan belajar-mengajar setiap hari kami  harus mencari dana sendiri.
Ketika melewati lampu merah dan tempat2 lain seberapa sering kah? kalian mendapati adik2 kecil menengadahkan tangan meminta belas kasihan ke para pejalan kaki atau pengendara ?.,. Pernahkah kamu berpikir kalau anak-anak itu tidak seharusnya ada di jalanan dan seharusnya ada di sekolah, menuntut ilmu seperti anak-anak umum lainnya .?

Mari ketuk #HATI menjadi bagian dari mereka .,.,! Membantu para anak jalanan/Marginal dan pemulung, tidak hanya soal tindakan mulia, namun ada kepuasan spiritual yang bisa terpenuhi ketika bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi mereka,.,,!

Sabtu, 26 Maret 2016

VOLUNTER DAY di Taman Banjir Kanal Timur ( BKT )

Kegembiraan terpancar dari wajah para anak jalanan di kawasan banjir kanal timur/ ( BKT ) pd kopi dan sekitarnya ketika melakukan beraneka macam kegiatan  Jumat pagi (25/3/2016). Kegiatan itu berlangsung di taman yang lokasi nya tdak jauh dari rumah belajar eRBe ,
Ragil dan dinda  (7 tahun) tampak gembira ketika bersama teman-teman tim lainya  bersemangat dalam mengikuti lomba.
Lomba lain yang diikuti para anak jalanan tersebut antara lain  lomba menggambar dan prakarya . Sebelum berlomba, para anak jalanan yang berusia antara 4-16 tahun itu belajar bersama. Tempatnya juga di taman banjir kanal timur /( BKT )
Mereka belajar bersama sesuai dengan usia masing-masing. Anak-anak usia TK, misalnya, belajar mengenal huruf atau mewarnai. Sedangkan, anak usia SLTP dan SLTA belajar matematika.dan kerajinan kerajinan seperti prakarya ,
"Kami dan teman teman yang tergabung dalam volunter lainya  setiap minggu memang memberikan pelajaran kepada anak-anak jalanan. Biasanya kami mengajar anak anak jalanan di tempat yang sudah kami sewa di Rumah Belajar eRBe namun karna tempat nya kurang memadai sehingga kami berinisiatif melaksanakan  kegiatan di taman BKT," ujar  Riyan Hamzah selaku relawan mengajar.
Dikatakan, khusus hari ini, para anak jalanan memang mengadakan kegiatan di luar, yakni di Taman BKT. Pasalnya adik adik yang datang bersmangat mengikuti kegiatan belajar dan lomba ini semakin bnyak yang hadir,
Kak rian dan kak Doel sedang memberikan pengarahan pada adik-adik
terpancar wajah ceria adik-adik usai kegiatan KBM & lomba di taman BKT

Nampak raut wajah penuh pegharapan dari adik adik eRBe :)

adik-adik sedang serius membaca


mengawali kegiatan dengan membaca doa

Senin, 21 Maret 2016

1 PERBUATAN YANG DI LAKUKAN AKAN TUMBUH 1000 KEBAIKAN YANG LAINYA


Mendidik anak- anak marginal memang bukanlah perkara yang mudah apalagi anak jalanan..,.,! Sudah terbayang bagaimana besar nya perjuangan mengurus anak-anak tersebut. Bedanya, anak-anak Rumahan setiap hari mendapatkan kasih sayang, kelembutan, perlindungan, dan perhatian dari orang tuanya. Bayangkan bagaimana tingginya pengorbanan mendidik anak jalanan yang kurang kasih sayang. Kami saja sulit untuk Hal yang demikian. Coba kita renungkan bagaimana beratnya mencari relawan yang harus mengajar anak jalanan tanpa bayaran secara Ikhlas sama sekali?.,.,  Dirasa Tidak Mudah Inilah alasan mengapa saya mengangkat tulisan ini. Saya menggali bagaimana peran relawan yang tergabung mengajar anak-anak  Bukanlah usaha yang mudah namun tidak berarti mustahil.Setiap Energi Positif Yang kami bangun  #Alhamdulillah Alloh Swt Tidak buta  Saya tidak Saja Sendiri .MASIH ADA ANAK MUDA LAINYA YANG IKUT AMBIL BAGIAN UNTUK TURUT SERTA MEMBANTU DAN TERGERAK MAU PEDULI PADA MEREKA.,

KEGIATAN VOLUNTER DAY BERSAMA KAK HANDOKO


Kegiatan mengajar anak-anak komunitas pemulung,! Ini merupakan manifestasi atau perwujudan sifat nasionalisme. Karena, nasionalisme mengamanatkan cinta terhadap bangsa dan negara, juga memanusiakan manusia. Biar bagaimana pun, anak-anak pemulung tersebut merupakan anak bangsa yang sudah sepatutnya diberikan hak nya seperti layaknya anak-anak yang lain pada umumnya. Insya Allah bermanfaat,.,.,! amin

JANGAN BERI MEREKA KOIN




Charity bersama Safrizal Salah Satu Peserta Idol Cilik Yang Menjadi anak dampingan di Rumah Belajar eRBe




PROFIL KAMI

 LATAR BELAKANG :

Maraknya anak anak jalanan yang berada di bawah usia. menambah kompleksitas permasalahan sehingga perlu adanya penangan khusus untuk menangani dan meminimalisir jumlah anak yang turun dan bekerja di jalan

Sekalipun dibatasi dengan berbagai keterbatasan walaupun kondisi tempat keberadaan minim fasilitas seadanya ,tebilang masih sewa /ngontrak,  kami  para Tutor VOLUNTER Anak Marginal, yang kemudian mendirikan Komunitas Rumah Belajar ( eRBe )  sejak tahun 2009 berupaya semaksimal mungkin mendidik dan membina secara gratis  anak-anak marginal yang bermukimdi perkampungan kumuh/komunitas pemulung  pinggir rel kereta api, semak-belukar, dan kolong jembatan mulai dari kawasan ,jatinegara , Pedongkelan, Rawamangun, , kebon singkong ,klender, pasar gembrong, sampai duren sawit,  Dan tiga tahun terakhir ini di  Pondok KopiKampung Rawadas dan sekitarnya..
                         
Kami menyadari,   dari sekian lama berkiprah  tak banyak  yang bisa terselamatkan, hanya sedikit yang terdidik. Sebagian besar,  mereka masih tertinggal di komunitas semula.

Yang kami rasakan,  bertapa tidak efektifnya menyelenggarakan proses belajar-mengajar dalam sebuah gubug sumpek-sempit tak jauh dari tumpukan sampah yang menyengat hidung. Konsentrasi peserta didiknyapun  ngawur lantaran dahaga-lapar dan luluh-lelah akibat ditempa kerasnya kehidupan yang mereka  jalani. Proses belajar mengajar dalam kondisi seperti itu,  jika efektivitasnya mencapai 10% saja, sudah jempolan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, kami berkesimpulan: Walaupun anak marginal itu terlahir dan bermukim di tempat yang tak layak huni.  Namun ketika hendak dididik dan dibina secara sungguh-sungguh  perlu dalam sebuah lembaga  yang kondusif, baik sarana maupun prasarana  lengkap dan memadai,  layaknya sebuah lembaga pendidikan.  Perlu pula didukung oleh orang-orang  professional yang memiliki keahlian di bidangnya.  Bahkan mereka perlu disediakan asrama dan kebutuhan sehari-harinya dipenuhi selama mengikuti  tahapan  pendidikan.

Materi pendidikannyapun perlu dirancang secara khusus yang bersifat fleksible, singkat, padat, dan produktif serta disesuaikan dengan kerakter, minat, dan bakat mereka. Jika tidak demikian, sampai kapanpun  pendidikan anak marginal tak akan ada perubahan, mereka akan tetap berserakan di jalanan menadahkan tangan dan memperkeruh tatanan sosial.

Maka dengan demikian,  kami terus berdoa dan kerja keras, menempuh berbagai  cara,  serta  menjalin kerjasama dengan semua pihak agar  kami mampu memberikan layanan terbaik bagi anak-anak yang memerlukan perlindungan dan pendidikan khusus .Dengan harapan, kelak mereka menjadi generasi yang cerdas, kreatif, inovatif, mampu hidup mandiri, siap bersaing secara professional dengan dasar akhlaq mulia serta bisa mengangkat harkat dan martabat kaumnya.Semuanya itu kami lakukan hanya karena Alloh SWT semata. 

 



Komunitas Rumah Belajar ERBE ( Education Relegion Bee Entertainment ) merupakan representasi dari kepedulian sosial dari segelintir orang yang terpanggil dan tergerak untuk membantu sesama yang berada dalam kondisi tidak beruntung dan dalam kesulitan. Wadah komunitas Rumah Belajar eRBe ini dibangun untuk memudahkan antara adik-adik dampingan dengan para volunter untuk berinteraksi dan berkreatifitas dengan harapan adik-adik dapat layanan yang lebih baik dan mengamalkan segala yang dicurahkan oleh volunter di masa depan kelak serta dapat tumbuh kembang dengan selayaknya. Berbagi bukan selalu diukur dengan materi ( charity ) tetapi juga bisa diaplikasikan dalam bentuk yang lain sesuai dengan kapasitas dan itikad yang dimilikinya.



















Visi

Menyadarkan anak jalanan bahwa mereka sebagai manusia ciptaan Alloh swt.

Misi :
 
1- mengajak sebanyak mungkin pribadi/pihak untuk peduli kepada anak - anak marginal/anak jalanan yatim dan kaum dhuafa dengan menjadi seorang Sahabat yang menaruh kasih setiap waktu

2- Meningkatkan budaya Baca tulis/ (calistung) Pada kalangan anak anak

3- rumah perlindungan bagi anak

Tujuan Kegiatan eRBe :

Memenuhi hak anak untuk mendapatkan akses terhadap pendidikan.Melalui buku buku layak bagi anak. sekaligus turut meng kampanye kan gerakan peduli mengajar./volunterDay .gerakan ini melibatkan seluas luasnya bagi pihak untuk turut serta menjadi sahabat bagi anak .khusus nya anak kaum marginal



438a2e4a2bbb3f87fd5cefe4d61bd78a0e8fc8b1
Berikut Romodel Description mengenai  *eRBe* serta penjelasan Filosofinya :

*(e)ducation*---- > kegiatan Metode dinamika kelompok belajar dan mengajar (KBM).dengan   keterlibatan para kader (Relawan peduli Mengajar)

*(R)elegion * ----> memberikan penguatan pendidikan dasar ke agamaan bagi kelompok anak anak marginal.

*(B)ee* :----> Merupakan Wadah/tempat. Sarang.kumpul nya bagi anak - anak dan remaja dalam kegiatan ber kreativitas

*(e)ntertainment* :----> Memfasilitasi serta Memberi kesempatan & Ruang seluas luas nya khusus nya bagi anak anak kaum marginal/Anjal yang selalu identik dengan Basic Talenta dalam bidang nya!